Tag Archive | Sosial

Brosur Luar Angkasa

Brosur promosi kampus benar-benar menjadi penipu yang tidak bisa dipidanakan…

Melihat deretan mahasiswa yang tampak begitu bahagia (setidaknya itu yang brosur kampus perlihatkan sebelum saya benar-benar melihat kejadian sebenarnya).
Berjalan begitu pelan di sekitar kampus, membicarakan hal-hal yang menyenangkan, tertawa lepas, duduk yang rapi dan tenang di depan dosen tanpa perlu selalu melihat ke arah jam, duduk-duduk di bawah pohon, menertawakan teori fisikawan eropa, membaca buku di perpustakaan, membicarakan tebal lipstik Napoleon Boneparte, kemudian sarjana, memakai toga, bertemu dengan profesor-profesor hebat tiap hari, dan sebagainya, dan sebagainya. Benar-benar… “Yooo Man…”

Untuk kebanyakan orang, keadaannya akan sedikit berbeda, maksud saya akan sangat jauh berbeda, dari apa yang brosur pernah ceritakan pada kita semasa sebelum kuliah.

Semua dimulai dengan antrian panjang dan berpanas-panasan tidak jelas menenteng formulir pendaftaran. Bertemu dengan petugas administrasi yang memasang wajah “What are you looking for!?”. Benar-benar tidak ramah. Beberapa orang mulai berfikir “Ah, sudahlah orang seperti ini hanya kita temui sekali seumur hidup. Kuliah akan menyenangkan saudara-saudara!!!”
Sebagian diantaranya selalu berfikir konspiratif, kalau mereka ini hanyalah aktor bayaran untuk menguji mental para calon mahasiswa. Karena katanya, kampus adalah tempat orang-orang dengan level mental diatas rata-rata. Oke, sejauh ini menyenangkan. Tidak lama lagi kita bisa duduk dibawah pohon membicarakan karya-karya Pablo Picasso. Cukup adil bukan?

Minggu-minggu awal kuliah juga selalu menyenangkan, sampai saat ospek dimulai, atau sampai saat datang instruksi langsung dari dosen untuk menjalankan sebuah misi mulia upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Lebih sering disebut Tugas, saya lebih memilih menyebutnya “Pencucian Otak”. Sekedar informasi, jumlahnya sangat banyak dan datang bertubi-tubi seperti rombongan migrasi Gajah Afrika. Jumlah yang cukup untuk mengalihkan perhatianmu dari pohon kampus yang sejuk, atau membuatmu merasa hanya punya waktu 6 jam dalam sehari. Tidak ada kesempatan untuk membicarakan tebal lipstik Napoleon Boneparte, tidak ada kesempatan untuk menghadiri arisan keluarga, tidak ada kesempatan menertawakan teori Evolusi Darwin, duduk-duduk dibawah pohon? Lupakan sajalah! Saat itu kau melihat teman sekelas adalah pahlawan untuk menitip tugas dan tanda tangan absen. Kemudian menyadari taman-taman kampus hanyalah umpan penarik perhatian. Dan mulai berfikir “Ah, brosur kampus sialan itu!!! mana ruang multimedia? mana wajah-wajah dosen tersenyum itu? mana wajah dua orang gadis dan seorang pria tersenyum sambil melihat buku yang sama? mana? mana!?

Yang akan kita lihat hanya beberapa orang berlarian kesana kemari, membawa tumpukan kertas dengan wajah panik seolah-olah dunia akan runtuh 15 menit ke depan. Lorong kampus dipenuhi sesak ekspresi orang tertekan yang berlari-lari dengan wajah pucat. Disibukkan dengan tugas-tugas yang sebenarnya cuma hasil copy paste dari internet. Otak mereka benar-benar dicuci.
Yang lupa mengerjakan tugas akan tetap sibuk. Sibuk menyiapkan 145.789 alasan mengapa tidak mengerjakan tugas. Mulai dari alasan tidak punya laptop, tidak punya kendaraan, lupa dimana letak huruf “A” pada keyboard laptopnya, alasan ada tetangga yang sakit, alasan ada kucing tetangga yang mendadak serangan jantung,
Sampai alasan ekstrim seperti:
“Maaf bu, semalam saya menghadiri peluncuran buku terbaru dari Jostein Gaarder”
“Maaf bu, saya baru saja tiba dari Itali”
“Aduhh, maaf Pak semalam saya nonton konser boyband, tapi saya punya beberapa tanda tangan personilnya untuk Bapak. Oh iya, katanya mereka juga titip salam untuk Bapak”
“Maaf bu, saya bukan mahasiswa sini”
“Benarkah!? Tugas!? Kapan!? Aduuhhhh…” (Tiba-tiba epilepsi)
“Bu!!! Apa Ibu tau!? 30 menit lagi akan ada meteor menabrak bumi, sebaiknya kita lari menyelamatkan diri”
“Maaf Pak, beberapa hari terakhir saya tiba-tiba buta huruf”
“Maaf… Pak…” (Tertunduk dengan wajah mengiba)
“Siapa yang bertugas mengumpulkan tugas? Oh… Ketua kelas.. Hmmm, baiklah” *terdengar suara tembakan*
“Sudahlah bu… Spiderman tidak pernah mengerjakan tugas kuliah, tapi dia tetap superhero”
“Maaf bu, mungkin ibu sudah mendengar ini jutaan kali sebelumnya. Tapi apa ibu tau? Ibu adalah dosen tercantik di seantero jagat raya, saya tidak perduli kalaupun 15 menit lagi dunia akan runtuh, atau 30 menit lagi sebuah meteor akan menabrak bumi sampai luluh lantak, saya rela menukarnya dengan kesempatan menatap ibu 15 detik saja. Tapi saya lupa kerja tugas bu”

Keadaan makin diperparah dengan teman sekelas yang punya banyak gerakan tambahan, mengerjakan tugas melebihi yang diperintahkan, mengumpulkan tugas diam-diam, dan sering berkata “Ada lagi tugasnya pak? Saya sangat bersemangat hari ini”. Tapi saat dimintai file tugas, mereka akan menjawab:
[+]”Aduh… sorry filenya ketinggalan di flashdisk”
[-]”Mana Flashdisknya?”
[+]”Ada di kantong celanaku, hehehe”
[-]”Syukurlah, mana kantong celanamu?”
[+]”Aduh… Sorry kantong celanaku ketinggalan di rumah”
[-]”Oke… oke… santai, dimana rumahmu?”
[+]”Aduh… Rumahku ketinggalan di Venezuela, sorry ya.. belum bisa bantu”
[-]”Kau tidak bisa berenang kan? Kelihatannya danau itu cukup dalam…”
[+]”Eh, sorry lupa, ternyata ada back up filenya di Harddisk External, ini ambil…”

Kalau ternyata brosur kampus itu hanya tipuan. Tolong lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan penuh totalitas!
Berikan kami tugas-tugas yang sangat besar, tugas yang dalam dua detik bisa membuat para pengecut jatuh pingsan.

Tugaskan kami membina para peminta-minta yang ada di jalanan…
Berilah kami tugas rekayasa genetika untuk menciptakan beras yang bisa panen dua minggu sekali…
Atau tugaskan kami menjadi agen rahasia yang membongkar deretan kasus-kasus korupsi…
Bisa juga sekedar tugaskan kami menjadi badut-badut konyol untuk membuat dunia setidaknya bisa tertawa…
Atau sekalian tugaskan kami melakukan ekspedisi pendaratan di Bulan.

Atau apapun hal-hal yang setidaknya bisa membuat kami pantas!

Disebut, MAHASISWA!
Dan bukan sebut saja, MAHASISWA…

Pemburu Yang Diburu (Kaum “Manusia Belanja”)

Berkerumun seperti kelompok pemburu dari zaman Nomaden.
Anehnya, mereka punya rumah dan tempat tinggal yang tetap.
Juga tidak sadar, mereka adalah pemburu yang diburu. Pemburu yang tidak sadar sedang menjadi buruan. Demi sebuah kata: “BURUAN!”.
Ironis!
Kita yang menyaksikan, tidak akan pernah tau apa yang mereka cari.
Mungkin mereka tau, tapi tidak mau tau.

Sekumpulan masyarakat modern yang primitif.
Membeli apa yang mereka inginkan tapi tidak pernah mereka butuhkan.

Berdesakan sangat liar dan beringas. Menuju sebuah tanda bertuliskan “SALE” atau “DISKON 70 + 20%”
Mau uji nyali, silakan halangi jalan mereka. Dan saat sadar, kau sudah berbaring di sebuah Ambulans, lengkap dengan Infus, selang oksigen, penyangga leher, 3 luka tembak, dan puluhan memar bekas hantaman benda tumpul di sekujur tubuhmu. Lengkap dengan trauma psikologis stadium III.

Mereka membawa sebuah daftar belanjaan yang di dalamnya tertulis “Kecap: 3 botol besar”. Tapi saat pulang, mereka membawa Kecap dan kawan-kawanya yang asalnya entah dari mana.
Orang-orang ini benar-benar mengerti konsep “Bonus Perjuangan”

Satu orang berdiri dengan memegang sebuah mikrofon, agak mirip pemandu wisata di kebun binatang. Bedanya, orang ini bicara dengan intonasi nada yang lebih genit, kemudian mengucapkan sebuah kalimat provokatif: “BURUAN… NANTI KEHABISAN!!!”
Ratusan orang mulai berdatangan.
Kerusuhan dimulai saudara-saudara!
Orang-orang ini sangat mengerti maksud dan arti kata buruan. Dan tidak mengerti arti kata “BURUAN!”.

Mereka adalah para Pembelanja “pemburu” handal. Sangat terlatih, dan lihai. Dengan tingkat akurasi yang tinggi, mereka bisa mengetahui lokasi diskon dengan mendeteksi suara, panas, serta aroma, bahkan zat Feromon “pemburu” lain yang sedang jatuh cinta kepada sebuah sepatu. Dasar psikopat kambuhan.
Begitu Efisien dan taktis! Mereka tahu secara tepat jumlah langkah serta rute tersingkat yang dibutuhkan untuk menuju dari satu lokasi diskon ke lokasi diskon yang lain.

Menghabiskan uang yang bisa memberi makan 147 anak jalanan demi sebuah sepatu, tas, baju, jas, gaun, jam tangan, yang ternyata sudah didiskon.
Kalian belum tau apa arti kata “GILA”?
Sekarang kalian tau.

Bingung memilih antara Prada atau Gucci, antara Paris atau Milan, antara Ramayana atau Matahari, antara Levi’s atau Lee Cooper. Tidak pernah ada tempat untuk JK Collection (maaf Pak JK). Apalagi untuk Swallow.
Tapi, ketika dibahas tentang Charil anwar atau WS Rendra. Tentu saja mereka juga tertarik.
Dengan sedikit spontan, “Hmmm… Itu penata busana dari mana? Indonesia!?!? Kok saya baru dengar yaa?”.
Tolong tampar saya!
Oke…
Sekali lagi!
Oke, terima kasih.

Sekarang kalian tau, siapa yang sebenarnya menjadi BURUAN.

Salam Hangat

Penonton setia Animal Planet.